4 Film Bertema Pendidikan Yang Menginspirasi
Film sebagai media komunikasi audio visual sering sekali digunakan
sebagai media pembelajaran. saat ini, menonton film merupakan aktivitas
yang dapat dilakukan oleh seluruh kalangan.
Film memiliki berbagai peran, selain sebagai sarana hiburan, film juga
dapat berfungsi sebagai media pembelajaran. Nah, bicara soal
pembelajaran berikut adalah 4 film yang memiliki pesan pendidikan yang
disampaikan melalui berbagai cara dan sudut pandang. Apa saja itu?
Cekidot:
Titian Serambut Dibelah Tujuh (1982)

Dimulai dari film tahun 80-an, film ini berputar disekitar kisah
Ibrahim, seorang guru muda yang teguh. Ia menemukan
kejanggalan-kejanggalan dalam kehidupan kampung yang akan dia tinggali.
Hatinya membenarkan apa yang pernah dikatakan musafir tua, yang
berkelana dari desa ke desa untuk menambah ilmu atau mengajar, bahwa
kehidupan masyarakatnya diibaratkan sebagai layang-layang putus.
Pak Sulaeman selaku guru agama dan sesepuh kampung, kehidupannya banyak
dipengaruhi kebejatan moral Pak Harun, orang terkaya di kampung itu,
yang hidupnya dihiasi perjudian dan perbuatan homoseksual. Cara mengajar
agama Sulaeman pun keras dan konservatif. Hal ini berbeda dengan cara
pendekatan Ibrahim, hingga ia harus berhadapan dengan guru tua itu.
Di samping itu, Ibrahim juga harus berhadapan dengan Arsad, pemuda
berandalan yang tidak suka dengan kehadirannya, terutama karena Ibrahim
pernah memergoki Arsad ketika memperkosa Halimah, gadis desa yang
kemudian dianggap sakit jiwa. Ia juga harus berhadapan dengan istri Pak
Harun, Jamilah yang jatuh cinta kepadanya, lalu memfitnahnya. Ibrahim
ibarat tengah menyeberang titian serambut dibelah tujuh. Ibrahim
berhasil membuka kesadaran kehidupan di kampung itu.
Apalagi Arsad dipergoki penduduk tengah berusaha memperkosa gadis lain,
hingga penduduk marah. Ibrahim sendiri kena difitnah istri Harun dengan
tuduhan memperkosa. Di tengah kerumunan penduduk yang hendak menghukum,
muncul lagi sang musafir tua mendudukkan perkara sebenarnya. Salah satu
film terbaik dari sutradara Chaerul Umam.
Laskar Pelangi (2008)
Film ini pastinya sudah tidak asing lagi buat kalian. Film diawali
dengan kepulangan Ikal dewasa (Lukman Sardi) ke kampung halamannya. Ia
kemudian mengenang kembali masa kecilnya: hari pertama pembukaan kelas
baru di sekolah SD Muhammadyah menjadi sangat menegangkan bagi dua guru,
Muslimah (Cut Mini) dan Pak Harfan (Ikranagara), serta 9 orang murid
yang menunggu di sekolah yang terletak di desa Gantong, Belitong. Sebab,
kalau tidak mencapai 10 murid yang mendaftar, sekolah akan ditutup.
Harun (Jeffry Yanuar) menyelamatkan mereka.
Ke 10 murid ini yang kemudian diberi nama Laskar Pelangi oleh Bu
Muslimah. Lima tahun bersama, Bu Mus, Pak Harfan dan ke 10 murid dengan
keunikan dan keistimewaannya masing-masing, berjuang untuk terus bisa
sekolah.
Di antara berbagai tantangan berat dan tekanan untuk menyerah, Ikal
(Zulfanny), Lintang (Ferdian) dan Mahar (Verrys Yamarno) dengan bakat
dan kecerdasannya muncul sebagai pendorong semangat sekolah mereka.
Di tengah upaya untuk mempertahankan sekolah, mereka ditinggalkan salah
seorang guru karena mendapatkan tawaran yang lebih menarik. Yang paling
mengenaskan adalah saat Pak Harfan, yang menjadi "roh" sekolah itu,
meninggal.
Film juga berusaha memperlihatkan kondisi sosial daerah Belitong pada
tahun 70an dengan antara lain mengontraskan "nasib" sekolah miskin dan
sekolah "mewah" milik perusahaan pertambangan, bahkan secara tersurat
mempermasalahkan hak pendidikan untuk orang miskin.
Film diakhiri dengan Ikal dewasa bertemu dengan Lintang dewasa (Ario
Bayu), yang putus sekolah karena ayahnya meninggal. Ikal perlu
menjelaskan keberhasilan impiannya, mendapat beasiswa sekolah ke Paris.
Cinta dari Wamena (2013)
Tiga sahabat Litius (Maximus Itlay), Tembi (Benyamin Lagowan) dan
Martha (Madonna Marrey) tinggal di kota kecil di Papua. Mereka bermimpi
untuk bisa terus sekolah. Impian ini membawa mereka ke Wamena, di mana
mereka bisa bersekolah gratis.
Di kota ini, persahabatan dan impian mereka diuji oleh gaya hidup
permisif, dan wabah AIDS yang melanda remaja Papua. Perjalanan hidup
mereka pun membawa mereka ke arah dan tempat yang berbeda, mulai dari
Papua sampai Jakarta, di mana pertemuan dengan seorang musisi (Nicholas
Saputra) membuat Litius mencari lagi persahabatan yang hilang.
Sokola Rimba (2013)
Indonesia Pasca Reformasi. Setelah hampir tiga tahun bekerja di sebuah
lembaga konservasi di wilayah Jambi, Butet Manurung (Prisia Nasution)
menemukan hidup yang diinginkannya: mengajarkan baca-tulis dan berhitung
kepada anak-anak masyarakat Suku Anak Dalam, yang dikenal sebagai Orang
Rimba, yang tinggal di hulu sungai Makekal di hutan bukit Duabelas.
Suatu hari Butet terserang demam malaria di tengah hutan. Seorang anak
tak dikenal datang menyelamatkannya. Nyungsang Bungo (Nyungsang Bungo)
nama anak itu, berasal dari Hilir sungai Makekal, sekitar 7 jam
perjalanan dari tempat Butet mengajar. Diam-diam Bungo telah lama
memperhatikan ibu guru Butet mengajar membaca.
Pertemuan dengan Bungo menyadarkan Butet untuk memperluas wilayah
kerjanya ke arah hilir sungai Makekal. Keinginannya itu tidak
mendapatkan restu baik dari tempatnya bekerja, maupun dari kelompok
rombongan Bungo yang masih percaya bahwa belajar baca tulis bisa membawa
malapetaka bagi mereka.
Kecerdasan dan keteguhan hati Bungo membuat Butet mencari segala cara
agar bisa tetap mengajar Bungo. Sampai saat malapetaka yang ditakuti
oleh Kelompok Bungo betul-betul terjadi. Butet terpisahkan dari
masyarakat Rimba yang dicintainya.
Semua list di atas, layak ditonton kawan untuk dijadikan motivasi mengajar dan mendidik lebih baik lagi.
Jangan lupa koment dan share yah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar